Sekilas Tentang Parigi Moutong

Posted on Senin, 10 September 2007 by Longky Djanggola

KABUPATEN Parigi Moutong, salah satu dari 11 kabupaten yang bersebelahan langsung dengan Teluk Tomini di ketiga provinsi, ikut mendapat kesempatan emas meningkatkan taraf hidup masyarakat, khususnya sektor perikanan. Apalagi, Parigi Moutong memiliki garis pantai terpanjang dibandingkan dengan daerah lain yang terlibat. Bibir pantai sepanjang 472 kilometer membentang dari ujung Kecamatan Sausu di bagian selatan hingga Kecamatan Moutong yang berbatasan dengan Provinsi Gorontalo di sisi utara.

Menurut jadwal Gerbang Mina Bahari, dana peningkatan teknologi untuk membantu nelayan akan cair tahun 2004. Dengan bantuan ini, penangkapan ikan tuna dan ikan batu yang menggunakan peralatan sederhana, tetapi telah menembus pasar Jepang akan terus digenjot. Direncanakan, penjualan ke mancanegara diperluas ke Asia Timur, seperti Korea Selatan.

Rencana perluasan pasar dimungkinkan oleh potensi penangkapan tuna masih terbuka lebar mengingat tuna gemar berenang di sekitar palung laut dekat Kabupaten Banggai Kepulauan. Palung tersebut sangat nyaman untuk meletakkan telur-telur ikan tuna.

Sampai saat ini, baru tersedia dua tempat pelelangan ikan (TPI), yaitu di Kecamatan Ampibabo dan Parigi. Nanti, bila sektor perikanan berkembang, pemerintah kabupaten berniat membangun TPI di bagian tengah kabupaten, Kecamatan Tomini dan Tinombo.

Produksi perikanan menunjukkan gejala meningkat. Produksi ikan tangkap naik 6,28 persen di tahun 2001. Namun, pengolahan pascatangkap tidak ikut membaik. Pengawetan ikan melalui pengasapan dan penggaraman justru mengempis 68,30 persen di tahun tersebut. Nelayan lebih suka menjual ikan segar ketimbang mengawetkan.

Dengan 80 persen desa di pinggir pantai, hanya sekitar 3,9 persen kegiatan ekonomi dihasilkan oleh sektor perikanan. Dalam sensus penduduk tahun 2000, tidak sampai tiga persen penduduk di enam kecamatan yang berhalaman depan Teluk Tomini bermata pencarian utama menangkap ikan. Angka itu belum termasuk penduduk yang menjadi nelayan paruh waktu. Rendahnya minat untuk memanfaatkan laut salah satunya karena keterbatasan alat dan teknologi yang dimiliki nelayan. Diharapkan dengan bantuan peningkatan teknologi, kinerja nelayan meningkat dan kesejahteraan masyarakat pesisir pun terangkat.

Kehidupan masyarakat Kabupaten Parigi Moutong masih berorientasi ke darat. Sebagian besar atau 36 persen penduduk lebih memilih sektor perkebunan sebagai pekerjaan pokok. Salah satu produk yang sampai saat ini masih menjadi andalan-meski sudah tak sepopuler dulu-adalah bungkil kopra yang dijual ke Surabaya. Pada dekade 1980-an, produk ini sangat diminati. Waktu itu, harganya Rp 300.000 per kuintal. Sekarang, menjadi Rp 85.000. Tanaman ini masih mudah ditemukan di seluruh kecamatan, khususnya Moutong, Tomini, dan Ampibabo.

Komoditas lain yang pamornya juga surut adalah cengkeh. Tanaman yang masih banyak dibudidayakan di Kecamatan Tomini ini kehilangan peminat karena fluktuasi harga dan tak tertutupinya ongkos produksi oleh harga jual. Tahun 2002, areal tanaman cengkeh 2.700 hektar (ha), hanya separuh dari areal tahun sebelumnya.

Produk perkebunan yang lebih diminati adalah kakao. Pada tahun 2002, hasilnya 26.000 ton, menurun daripada tahun 2001. Sentra penanaman tersebar di Kecamatan Tomini dan Ampibabo yang lebih tiga puluh persen penduduk bekerja di kebun. Apalagi di Kecamatan Ampibabo yang 65 persen penduduk tersedot di lapangan usaha tanaman tahunan. Hasilnya berupa biji kakao kering rutin dikirim ke Makassar lewat Trans Sulawesi.

Tak kurang 30 persen pasokan biji kakao dari seluruh daerah ke Makassar dikuasai oleh Parigi Moutong. Jika nanti pabrik kakao dibuka di Kota Palu, permintaan biji kering kakao akan lebih tinggi. Vanili yang harganya sedang melambung juga mulai dilirik. Penanaman banyak dilakukan di Kecamatan Tomini dan Sausu.

Lapangan usaha lain yang menyedot cukup banyak tenaga kerja adalah tanaman pangan. Hampir 30 persen penduduk berusaha tetap mengepulkan asap dapur dengan padi, jagung, kedelai, dan berbagai tanaman hortikultura. Dibandingkan dengan perkebunan, jenis budidaya ini menciptakan lebih banyak nilai ekonomi. Sekitar 24 persen kegiatan ekonomi kabupaten disumbang oleh sektor ini. Bulan Januari hingga Desember 2002, 208.000 ton dari panen 46.000 hektar dihasilkan dari persawahan yang pengairannya dibantu oleh sekitar 10 sungai. Surplus karena panen yang melebihi kebutuhan lokal kemudian dikirim ke provinsi tetangga, seperti Gorontalo dan Sulawesi Utara, serta kota-kota sekitar Parigi Moutong.

Dengan modal letak dan infrastruktur yang memadai, daerah yang dilintasi garis khatulistiwa ini punya peluang berkembang lebih cepat. Jalan Trans Sulawesi yang melintasi keenam kecamatan menjadi tulang punggung prasarana transportasi darat sekaligus mengurangi beban pemkab. Itu karena hampir 40 persen jalan di kabupaten itu merupakan tanggung jawab negara. Hanya tinggal melanjutkan penyediaan jalan ke lokasi-lokasi yang sukar dijangkau. Pengadaan prasarana akan mengurangi isolasi suku-suku asing di pedalaman sekaligus meningkatkan akses ke kantong-kantong produksi perkebunan.

Jika suplai dari kantong produksi lancar, rencana pembangunan dua kutub pertumbuhan akan lebih cepat terlaksana. Pusat pertumbuhan di bagian selatan di Kecamatan Sausu dan bagian utara di Kecamatan Tomini dengan basis pertanian dan hasil pertanian memang sedang dikejar oleh pemkab. Dengan dua kutub ini, industri pengolahan hasil pertanian, termasuk perkebunan dan hutan, mungkin akan jauh berkembang. Namun, industri pengolahan hasil laut masih jauh dari agenda pembangunan.

dikutip dari kompas cyber media

0 Responses to "Sekilas Tentang Parigi Moutong":